[You..]
Depresi berat. Itu yang psikiater dan psikolog tegakkan kepada kondisi Erina. Setelah kejadian operasi enam bulan yang lalu, Erina seperti orang kesetanan yang terus-terusan menangis di samping tubuh Ares yang berada di ambang hidup dan mati.
Selama itu pula Erina berubah menjadi ibu yang hanya memedulikan Ares. Tidak ada satupun nama anaknya yang mendapatkan atensinya, karena kini dunianya hanya berputar pada Ares. Ya mungkin inilah yang dinamakan karma. Dulu saat Ares masih ada disampingnya, ia sia-siakan begitu saja. Namun kini saat Ares akan pergi, penyesalan besar mencekiknya sendiri hingga menghilangkan setengah kewarasannya.
Hening. Ruangan yang telah ditempati remaja itu selama enam bulan hanya terisi dengan bunyi elektrokardiograf. Berbeda dari hari-hari sebelumnya, kini semua orang yang ada di ruangan itu nampak tegang, apalagi ketika Bara dan Josef –dokter penanggung jawab Ares– tiba-tiba mengajak kedua wali Ares untuk membicarakan sesuatu.
“Mohon maaf. Setelah melakukan perundingan, kami sebagai wakil dari pihak rumah sakit pada akhirnya angkat tangan dalam merawat putra Bapak dan Ibu.”
Suara Josef menggema di ruangan itu menyebabkan beberapa hati disana terasa patah.
Juno memejamkan matanya. Sungguh, ia sangat tidak suka mendengar kalimat ini.
“Saya akan bayar berapapun! Jadi tolong jangan menyerah kepada putra saya”
Suara Juno terdengar bergetar. Semua putranya menunduk di sofa dalam ruangan tersebut, dan Erina sudah mulai menangis mendengar berita buruk itu.
“Ini bukan masalah pembayaran, Pak. Selama enam bulan perawatan, bahkan Antares tidak menunjukkan peningkatan ap-” Josef berusaha memberi pengertian.
“LALU APA?! MENGAPA KALIAN MENYERAH TERHADAP ANAK SAYA? Dokter.. dokter Bara tahu kan kalau Ares itu anak yang kuat? Ares.. Ares gak mungkin mau nyerah sekarang. ARES GAK MUNGKIN NINGGALIN SAYA!!!” Erina mulai histeris, tidak terima perkataan apapun. Altair yang melihat itupun berusaha memeluk daksa ibunya agar lebih tenang.
“ENAM BULAN!”
Semua tertegun. Untuk pertama kalinya mereka semua mendengar nada tinggi dari seorang dokter Bara.
Mata Bara tampak berair. Menyadari kesalahannya, Bara mencoba menurunkan nada suaranya.
“Enam bulan Ares sudah berjuang. Selama itu pula kita tidak pernah merasakan betapa sakitnya Ares harus bertahan dengan cara disuntik setiap saat, di tempeli alat-alat seperti ini, bahkan dimasukkan selang ukuran sebesar itu dijalur napasnya. Kita nggak pernah tahu gimana sakitnya Ares.. “
Dokter Bara berhenti sejenak. Air matanya mulai turun kali ini. Persetan dengan profesional, Ares tetaplah Ares yang dulu ia anggap sebagai putranya.
“Ares pernah bilang kepada saya bahwa kematian itu membahagiakan. Ia sudah merencanakan banyak hal dari hari itu, dihari ia menyerahkan kehidupannya. Dengan tersenyum dia mengatakan kepada saya bahwa hari yang ditunggu sudah tiba, ia akan bahagia karena bertemu Ibu dan Abangnya, serta berhasil menjadi anak yang berguna bagi keluarga yang ia tinggalkan. Tapi ternyata ada kehendak lain dari Tuhan. Sempat saya juga merasa bahagia karena Ares bisa tertolong dengan adanya operasi lanjutan dan lain sebagainya. Tapi hasilnya? Bahkan sekalipun dia tidak pernah membuka matanya lagi setelah operasi itu. Sudah cukup.... Sudah enam bulan kita semua menahannya disini dengan rasa sakit. Kita semua tahu, Ares memang anak yang kuat. Dulu, dia sudah banyak sekali berjuang sendirian. Kini.. waktunya kita yang mengantarkan perjuangan terakhirnya”
Dokter Bara tak bisa menahan isaknya. Bahkan perkataannya berhasil menembus rongga hati keluarga Ares yang ada di sana.
“Ngga.. nggaboleh.. pokoknya nggaboleh... NGGAK BOLEH!!!” Erina meronta dalam pelukan Alta.
“Apa ada tega membiarkan Ares kepayahan disini? Apa anda tega melihat Ares yang seringkali kejang dalam tidur panjangnya? Apa anda tega melihat Ares semenderita ini? Anda seorang ibu .. Ares pernah bercerita jika ia begitu mencintai Anda bahkan hari dimana anda meminta kehidupannya, anak itu berkonsultasi kepada saya, menanyakan kecocokan jantungnya agar ia bisa berbakti kepada ibunya. Sebesar itu cinta Ares kepada Anda dulu. Jadi kali ini.. jika anda mencintai Ares, tolong ikhlaskan Ares, Nyonya Erina. Ares sudah sangat sakit seperti ini..”
“Ares... “ Erina tak menjawab pertanyaan Bara. Yang ia lakukan kini hanya meraung dalam dekapan Alta sambil memanggil nama putra yang telah ia buang itu.
“Beri.. ” Juno menghentikan perkataannya. Ia mengusap air matanya kasar, sembari menarik nafas dalam.
“Beri kami waktu untuk perpisahan. Anda.. anda boleh melepas semua alat bantu pernafasan putra saya besok pagi”
-Sea