“Jeno gimana, bang?” Sebuah suara membuyarkan lamunan Marven. Dilihatnya sepupunya itu kini tengah ngos-ngosoan sembari mentralkan napasnya.

“Buruk. Keadaannya masih kritis. Bahkan dari kita hanya boleh melihat dia dari sini” Marven berkata lirih.

Hadinata kemudian mengalihkan pandangannya. Di seberang sana, tepatnya di balik kaca yang saat ini menghalangi tubuhnya, terlihat sosok yang saat ini tengah berjuang untuk hidup dan mati. Kondisinya nampak begitu buruk dengan dada telanjang yang ditempeli berbagai macam alat penunjang kehidupan.

“Hadin..”

Hadin menoleh tatkala mendapati suara unclenya. Ingin Hadinata sekali Hadinata mengamuk pada adik ibunya itu namun ia urungkan ketika melihat penampilan Jeffrey yang benar-benar semrawut.

“Jeno, apa di sekolah dia baik-baik aja?” Jeffrey bertanya lirih.

“Memangnya semesta pernah baik ke Jeno? Bukan hanya di sekolah, bahkan di rumahnya pun Jeno gak pernah baik-baik aja” Telak. Hadin menjawab pertanyaan Jeff dengan kemenangan mutlak.

“Gimana Om? Om udah puas ngelihat Jeno kaya gini? Lihat Om! Di sana... di dalam sana adek aku lagi kesusahan. Lagi ada diambang mati sama hidup. Kalau Jeno milih nyerah gimana, Om? Hadin...Hadin gak siap”

Entah bisikan dari mana, Hadinata malah mengeluarkan isi hatinya. Beberapa tetes air juga mulai meluncur dari kelopak indahnya.

Jeffrey menghembuskan nasnya kasar, kemudian ia sedikit menunduk. Banyak rasa bersalah yang kini menghinggapi hatinya, terutama perihal perlakuannya pada Jeno dulu.

“Tante sama Om Jeff mungkin biasa, bahkan senang kalau Jeno mati, Tapi enggak bagi Hadin. Andai Om tahu... Jeno itu.. Jeno itu anak yang benar-benar sayang sama Om dan Tante. Bahagia terbesar Jeno itu ada pada om dan tante walaupun kalian cuma anggap dia sampah bagi kalian.”

Hadinata semakin menangis. Anne hanya menggeleng pelan kemudian menyusul tangisan Hadin.

“Se enggak berartinya Jeno buat kalian.. Hadin mohon.. untuk pertama kalinya.. Hadin mohon sama Om dan Tante. Tolong pegangi tangan Jeno erat-erat. Kasian Jeno, sekarang dia pasti bingung. Tangan Tuhan begitu luas buat nyapa Jeno, nanti kalau kalian kalah cepat mungkin Jeno bakal milih pergi. Soalnya dia pasti ngerasa kalau dunianya bahkan tak menginginkan dia pulang.”

-Sea