[Takut Kehilangan]

Jean meremat tangannya pelan guna meredakan kegugupannya. Ini adalah kali pertama ia akan bertemu dengan salah satu orangtua dari sahabatnya. Pengalaman ditolak yang ia miliki cukup memiliki pengaruh negatif pada pikirannya. Bagaimana jika bundanya Nendra tidak menyukainya? Bagaimana jika bundanya Nendra akan menyuruh Nendra menjauhinya? Oh ayolah, Jean benar-benar takut untuk menghadapi itu semua.

“Je, lo masih sakit? Keringetan gitu Lo” Renan yang memperhatikan Jean mulai bertanya, membuat kedua orang lainnya memberikan fokus pada Jean yang nampak pucat.

“Enggak. Gue cuman gugup”

“Kenapa?” Tanya Hanan

“Itu.. gue-”

Belum selesai ucapan Jean, lebih dulu seorang wanita paruh baya yang masih sangat cantik menghampiri mereka di ruang tamu sembari membawa nampan berisi macam-macam camilan rumahan.

“Haloo kesayangan Ibun, udah pada cuci tangan belum?” Wanita yang menyebut dirinya sebagai Ibun itu tersenyum ramah kepada keempat remaja di sana.

“Udah dong, kan mau makan masakan Ibun” Hanan menjawab disertai kerlingan mata.

“Heh babi, nggak usah nggoda nyokap gue cuih” Nendra menoyor kepala Hanan, membuat Renan dan Ibun terkekeh.

“Nendra, bahasanya!” Peringat Ibun.

“Iya bundaa.. maaf..” Wajah cemberut Nendra sukses membuat tawa di sana.

“Eh, ini nak Jean ya? Aduhh gantengnya anak baru bunda yang satu ini!” Bunda tersenyum, sembari mengelus puncak kepala Jean hingga membuat anak itu terkejut. Ada perasaan hangat yang tiba-tiba menjalar pada relungnya. Perasaan hangat yang membuatnya rindu kepada sosok ibu.

“Ha-halo tante” Jean menjawab Ana dengan sedikit canggung.

“Panggil bunda, dong! Masa tante. Ntar dikira tante ini sugar mommy lagi” Ana menanggapi Jean dengan candaan, berharap bahwa anak lelaki itu akan menemukan kenyamanannya.

“I-iya bunda”

“Jean saudaranya mirip-mirip kah sama Jean? Bunda pernah loh punya temen yang wajahnya mirip sama Jean”

“Oh iya?”

“He'em, namanya Damian. Damian Putra Bi-”

“Stop, Bun.” Nendra memutus obrolan Ana secara sepihak. Wajah yang tadinya tersenyum cerah seketika menjadi merah padam, sarat akan marah.

“Jangan pernah sebut nama salah satu keluarga itu lagi. Karena mereka, bunda sama aku hidup sengsara kayak gini. Mereka juga yang udah bunuh nenek. Mereka itu hanya kaya tetapi-”

“Berhenti, Nendra! Bunda nggak pernah ajarin Nendra buat bilang kaya gitu, kan?”

“Tetep aja,Bun. Nendra nggak bisa. Nendra benci banget lihat keluarga dari mereka! Gimana bisa mereka hidup tenang setelah menghancurkam kehidupan orang lain?”

Nendra menatap Ana dengan pandangan berkaca. Disisi lain, Jean berusaha keras memproses segala perkataan Nendra. Hati Jean berdenyut nyeri melihat betapa bencinya Nendra terhadap keluarganya. Saat ini, Nendra belum mengetahui siapa Jean. Jean dirundung perasaan takut saat ini. Bagaimana jika suatu saat nanti Nendra mengetahui fakta bahwa Jean itu salah satu bagian dari Binendra, apakah Nendra akan membencinya? Apakah Nendra akan meninggalkannya? Tuhan, Ia hanya tak ingin kehilangan lagi.. lalu menjadi sendirian lagi.


Sea