[Pemikiran Sederhana Milik Biru]

“Maaf ya sayang” Lily mengelus rambut Biru saat bocah itu sudah duduk di kursi samping pengemudi.

“Ndak papa kok, Nda. Bilu tadi ditemenin sama bu gulu” Anak itu tersenyum hingga memunculkan bulan sabit diwajahnya.

“Biru capek?” Lily kembali bertanya saat dilihatnya putranya itu nampak bersender letih di kursi sembari menatap jendela luar.

“Bilu ndak capek. Soalnya pas tadi yangti jemput ekal, yangti bilang kalau nanti mau main ke lumah. Kan kalau yangti yangkung datang pasti Ayah Jeff nanti pulang. Bilu seneng mau ketemu ayah. Jadi Bilu ndak boleh capek hali ini” Anak itu tersenyum ke arah Lily memamerkan deretan gigi susunya.

“Biru kangen sama ayah?”

Anak itu mengangguk. Bibirnya maju beberapa senti.

“Tapi yayah ndak pulang kalau ndak ada acara di lumah. Apa yayah ndak sayang sama Bilu ya?” Biru bertanta kepada Lily. Matanya kini mulai berkaca-kaca.

Melihat itu, Lily menhentikan mobilnya ke pinggir jalan. Ia kemudian menyentuh kedua bahu kecil milik Biru. Menatap mata kecil itu dengan penuh kelembutan.

“Ayah sayang kok sama Biru. Buktinya ayah kan kerja untuk Biru. Biar biru bisa makan yang enak, sekolah, membeli mainan, dan lainnya. Jadi Biru nggak boleh merasa kalau Ayah nggak sayang sama Biru. Okey?”

“Tapi tapi, Nda... Kata Nana, kalau yayah sayang kan belalti harus main belsama. Om Yuda sama nana selalu belmain belsama. Tapi yayah ndak pelnah ajak Bilu main” Biru menunduk, memilin ujung seragamnya hingga kusut.

“Tapi Biru pernah lihat nggak Nana main sama Mamanya Nana?” Lily bertanya dan Biru hanya menggeleng.

“Biru juga sering ketemu nggak sama babanya Renja?”

Lagi dan lagi, anak itu menggeleng.

“Ekal juga jarang main sama uncle Kainan, Kan?” Anak itu mengangguk.

“Nah berarti kan Biru enggak sendirian. Hidup di dunia ini memang begitu, Sayang. Kita enggak bisa dapetin semua yang kita mau. Terkadang, kita harus mengerti kenapa hal yang kita ingin enggak bisa kita dapetin, bisa jadi itu demi kebaikan kita. Yayah contohnya. Biru ingin dekat dengan ayah, kan? Padahal ayah di luar sana bekerja untuk Biru, demi kebaikan Biru. Jadi, Biru harus mengerti ya?” Lily mencoba pelan-pelan memberikan anaknya itu pengertian agar tidak terlalu merasa sedih.

Biru memandang mata Lily lalu mengangguk sembari tersenyum lagi.

“Iya Bunda, Bilu mengelti. Telima kasih, Nda” Biru tersenyum membuka tangannya ke arah Lily.

Lily yang mengerti maksud Biru pun membalas rentangan tangan Biru. Memeluk putra kesayangannya itu dengan begitu erat.

“Pintar sekali jagoan Bunda. Jangan sedih lagi ya”

“Siap laksanakan, Bunda!”

Dan mereka pun tertawa bersama menutup dialog dalam mobil sore itu.


-Sea