-Mulai Hari Baru?
Kelegaan begitu menguar di hati Jaffrey saat melihat keadaan Jeno kali ini. Sempat ia khawatir, namun kekhawatiran itu segera pudar tergantikan oleh rasa bahagia yang luar biasa.
“Jeno, bangun dulu yuk! Ayah ada di sini lho. Mau ketemu Jeno” Anne mengusap pipi Jeno untuk memanggil kesadaran anak itu.
Dokter berkata Jeno memang sudah sadar, namun keadaannya masih lemah sehingga tampak seperti orang yang memiliki setengah kesadaran saja. Kadang membuka mata sebentar, lalu menutup mata lagi.
Perlahan, mata Jeno terbuka. Begitu sayu dan tanpa rona kehidupan. Sejenak Jeno memfokuskan pandangannya yang masih cukup memburam. Ia senang, melihat Jeff kini berdiri di samping bed nya sembari menggenggam erat tangan miliknya. Rasanya begitu hangat. Beginikah rasanya disayangi dengan tulus?
Semuanya nampak damai bagi Jeno, hingga sebuah kilasan dimana ayah memukulnya menyeruak kepermukaan kepalanya.
Jeno menghentakkan tangannya terlepas dari genggaman Jeff. Dengan sekuat tenaga, ia telungkupkan tangan seperti memohon di depan dada. Badannya bergetar hebat dan kulit pucatnya semakin pucat dengan bibir yang sedikit membiru.
“Aayah.. maaf.. maafin Jeno..Jeno salah.. Jangan hukum Jeno.. ayah maaf... maaf .. ayahh maaf..”
Jeno menangis histeris membuat Anne dan Jeffrey panik seketika. Napas Jeno terdengar begitu jelas dan berat. Bahkan suara bising dari pendeteksi oksigen mulai berbunyi. Bibir anak itu juga sedikit membiru tanda ia mulai kekurangan oksigen.
“Jeno sayang, maafin ayah. Ayah minta maaf. Ini salah ayah. Jeno gak salah”
Jeff mencoba mendekati tubuh Jeno. Namun tubuh ringkih itu malah semakin menyusut bergerak menjauh.
“Bukan! Bukan ! Bukan! Ini salah Jeno lahir cacat kaya gini. Ini salah Jeno udah hidup di dunia. Bener ini salah Jeno. Ayah bener, bunda bener, Oma bener, temen temen sekolah Jeno bener, ini salah Jeno karena Jeno terlahir kaya gini. Jeno cuman sampah! Gak layak hidup! Jeno mau mati! Mau mati!!”
Jeno tantrum. Ia berteriak dengan air mata yang keluar deras.
“Enggak. Ayah sama bunda yang salah. Jeno gak salah. Jeno percayakan sama ayah? Jeno jagoan ayah. Jeffrano putra kebanggaan ayah”
Untuk pertama kalinya. Akhirnya tangis Jeffrey terjatuh di depan Jeno. Ia begitu menyesal sekarang. Hatinya remuk redam melihat keadaan Jeno kaya gini.
Jeno diam sejenak. Kesempatan ini tak ingin Jeffrey sia-siakan. Dengan cepat ia mengambil langkah dan langsung memeluk erat Jeno. Awalnya Jeno tampak memberontak, namun lama kelamaan ia juga menikmati pelukan sayang itu.
“Maafin ayah ya, Nak. Izinin ayah sama bunda jadi orangtua yang sesungguhnya buat kamu. Mulai hari ini, kita mulai kehidupan yang baru ya? Jeno mau kan?”
Jeffrey berbisik lembut ditelinga Jeno. Jeno hanya mengangguk kecil. Melihat jawaban itu, Anne juga langsung menghambur kepelukan Jeff.
Dokter Tama habis berlari ke ruangan Jeno akibat sinyal code blue, enggan membuka pintu ruangan, membiarkan ketiga orang di sana membagi cintanya.
“Semoga kebahagiaan menyertai kalian.”
Ungkapnya dengan senyum dan kemudian melenggang meninggalkan ruang VVIP itu.
-Sea