[Kosong]
Sudah hampir satu jam Cano duduk di kursi samping ranjang berisi pasien kesayangan dokter Bara itu. Selama itu pula, Cano menatap Ares, menelisik banyak sekali perubahan pada orang yang secara darah adalah adiknya itu.
“Lo gak makan tiga bulan apa gimana sih? Kurus bener sekarang.” Cano bergumam pelan. Sembari mengelus punggung tangan Ares.
“Gue.. jahat banget ya?” Monolog Cano, sangat pelan.
“Maaf...” Entah dapat dorongan dari mana, kata itu berhasil terlontar dari bibir Canopus.
Sesaat hanya keheningan yang menyelimuti ruangan itu. Hingga muncullah suara pelan akibat gesekan dari pergerakan tubuh diatas ranjang.
“Eungh” Ares melenguh pelan. Sesaat mata anak itu nampak mengerjap dan menutup, tanda sedang beradaptasi dengan pencahayaan ruang.
Satu.. dua.. tiga.. berhasil! Keduanya saling bertukar pandang dengan ekspresi yang sama-sama tak terbaca.
“Jangan Ge er! Gue disini nuntasin tugas koas gue. Bukan mau ngurus orang penyakitan kaya lo” Cano meruntuk dalam hati. Entahlah, dari sekian banyak kalimat yang bisa ia lontarkan, mengapa harus kalimat menyakitkan itu yang dapat ia ungkapkan.
Hal yang tak disangka tertangkap penglihatan Cano. Usai mendengar kalimat itu, Hal pertama yang Ares lakukan adalah menghela napas. Kemudian ia sunggingkan senyum, meskipun tak dapat dipungkiri bahwa di matanya tercetak luka yang amat jelas.
“Gimana bisa Ares berpikir Kakak disini untuk Ares? Tanpa kakak kasih tahu pun, Ares udah cukup sadar diri.”
Tak ada percakapan apapun sampai tibalah dokter Bara keruangan tersebut. Jika tadi siang anak itu meronta tidak mau melakukan cuci darah, anehnya malam ini anak itu benar-benar menjadi anak yang patuh. Dia tidak protes, tidak juga menangis, atau meringis saat beberapa selang mulai dimasukkan ke dalam tubuh kecilnya. Tak ada ekspresi apapun yang ditampilkan Antares kecuali wajah tanpa rona yang kini berteman dengan mata tanpa asa. Ia hidup, namun terlihat kosong. Ia hidup, namun seperti mati.
“Nggak sakit?” Dokter Bara bertanya dan hanya dijawab gelengan oleh Ares.
“Saya tahu kamu bohong. Gimana bisa tubuh dimasuki selang kaya gini nggak kerasa sakit? Meskipun udah dikasi anestesi, tapi tetep sakit kan? Tetep lemes kaya biasanya kan?” Dokter Bara mencoba memancing.
“Yang sakit disini” Ares menjawab pelan, sembari memegang dadanya.
“Rasanya kosong. Tapi gatau kenapa terasa sakit sekali...”
-Sea