[Kasih Sayang Ibun]

Devian melangkahkan kaki jenjangnya dengan tergesa sembari mendobrak kasar pintu kamar Ael, membuat Ael yang sedang tertidur begitu terkejut.

“Berapa kali ayah bilang buat nggak jadi anak manja, huh? Kurang jelas ayah ngomong apa?” Devian berteriak marah sembari mendudukkan paksa tubuh Ael.

Ael memejamkan matanya. Kepalanya terasa amat pusing dan dadanya mulai kembang-kempis dengan cepat guna meraup oksigen lebih banyak.

“D..ad.. A-ael gatau maksud Dad” Anak itu menjawab dengan napas tersengal.

“Gak tau kamu bilang?! Kamu kan yang bilang ke anak ibun kalau kami ninggalin kamu sendiri dan ngurung kamu di rumah ini?! Mau kamu apa sih? Mau bikin ibun dan ayah keliatan jahat di depan anak-anak kami yang lain?!” Devian meremat pundak Ael keras, membuat anak itu sedikit merintih.

“Udah Mas.. hiks.. udah... jangan karena aku, terus kamu sakitin Ael kaya gini. Aku gak papa kok. Mungkin Ael yang belum bisa nerima aku sebagai pengganti mommynya” Ibun menangis, mencoba mencegah Devian. Sedangkan Devian kini malah menjabak rambut Ael.

“Lihat kamu! Lihat! Karena kamu, Istri saya menangis sedih. Kalau kamu tidak bisa memberikan manfaat apapun dalam hidup kamu, harusnya kamu gak jadi anak yang bikin orang lain kena sialnya, Aelazar Genio!” Devian melepas tangannya kasar, menyebabkan helaian rambut rontok ditangannya.

Ael membisu. Air matanya tak bisa ia bendung. Kali pertama, untuk kali pertama ayahnya bermain tangan secara kasar seperti ini.

“Dengar ayah baik-baik. Cukup kamu hidup dan bernapas saja. Jangan lakukan apapun diluar itu. Jangan sampai ada orang lain, utamanya keluarga ayah yang jadi sial karena kamu. Jauhi anak-anak ayah. Ngerti?”

Devian berkata tegas, menusuk ulu hati Ael.

“Bisu kamu?! Ngerti gak? Atau sekarang udah nggak ngerti lagi bahasa manusia?” Devian berkata dengan smirk diwajahnya, sedangkan Ael hanya mengangguk lemah. Entahlah, mendengar kalimat buruk ayahnya membuatnya kehilangan begitu banyak energi.

“Mas udah, kasihan Ael. Mas sekarang keluar, biar aku yang nenangin Ael.” Ibun mengelus punggung Devian dan membuatnya pergi dari kamar itu.

“Pakai inhealer kamu. Saya gak mau kalau kamu mati disini.” Ibun menyerahkan inhealer Ael yang tadi berada di laci nakas.

Asmara tersenyum sangat hangat sembari mengelus rambut panjang Ael yang terlihat lepek.

“Aelazar.... seharusnya dari awal kamu tidak perlu lahir. Tapi, karena kamu sudah terlahir, maka kamu harus hidup. Harus hidup lama dengan segala kehancuran. Kamu tahu? Itu karma.. Karma karena kehadiran kamu membuat saya pernah hidup tersiksa. Jadi, terima saja ya ,sayang? Terima 'kasih sayang' Ibun barumu ini.”


Sea