[Jangan Capek]

Mata sipit itu mulai nampak mengerjap pelan. Perlahan ia sesuaikan retinanya terhadap bola lampu yang terasa begitu menyilaukan mata. Kepalanya masih terasa pening dan wajahnya terasa berat karena ditimpa oksigen mask.

Kosong. Ruangan serba putih itu nampak lengang tanpa ada siapapun selain dirinya. Selalu saja, rasa kesepian langsung menyerbak di relung hatinya acapkali ia terbangun dari tidur —– atau pingsannya.

Kepalanya yang amat berat membuat Ares memejamkan mata sipitnya lagi, namun belum lewat lima belas menit, suara langkah kaki tertangkap di telinga Ares.

“Sudah bangun? Ada yang di rasa sakit?” Lelaki bersnelli putih dengan bordiran Bara itu menyapa Ares.

Ares hanya menatap sayu dokter paruh baya tersebut. Benar-benar ia berusaha untuk menyunggingkan senyum.

“Sem..ua dok.. sa..kit..” Suara milik Ares terdengar begitu samar, bahkan lebih dominan terdengar hanya helaan nafasnya yang membuat masker oksigennya beruap.

“Sabar ya. Tahan dulu sebentar. Saya tidak bisa sembarang memberikan painkiller padamu karena hasil labnya belum keluar.”

Ares hanya mengangguk, lalu mencoba memejamkan matanya lagi.

“Heh, jangan tidur lagi. Tahan dulu bentar.” Dokter Bara menepuk pipi Ares perlahan.

“Tadi kakak kamu yang bawa kamu ke sini nungguin dari pagi sampai siang, tapi dengar-dengar saudaramu di ruangan lainnya nge drop. Sepertinya jantungnya bermasalah, karena tadi dokter spesialis jantung yang mendatangi dia.”

Antares cukup terkejut mendengar penuturan dokter Bara. Pantas saja ia sendiri di sini. Mungkin memang kondisi Langit cukup parah, hingga semua harus ke sana. Meskipun sedikit sedih, namun Ares berpikir bahwa ia harus mengerti tentang itu.

“Tapi juga banyak kok yang nungguin kamu bangun. Cuman kamunya gak bangun-bangun, makanya mereka izin makan dulu bentar di kantin. Saya konsulennya abang kamu yang lain. Kamu adiknya Dion kan? Tadi dia panik lihat kamu gak napas sampai tremor” Dokter Bara bercerita sembari melepas masker oksigen milik Ares lalu menggantinya dengan nasal canula.

Bulan sabit langsung terbit di wajah Ares tatkala Dokter Bara menceritakan hal tersebut. Hati Ares menghangat, ternyata ia tidak sendiri.

“Hasil labnya mungkin bakal keluar besok pagi. Jadi, istirahat yang banyak dulu ya. Gak usah mikir apa-apa dulu. Nanti juga saya sempatin berkunjung setelah shift saya usai. Saya kembali visit pasien lainnya dulu. Itu abang-abang kamu dah kenyang, mukanya cerah bener wkwkw”

Dokter Bara terkekeh, melihat kedatangan Lukes dan yang lainnya. Kemudian ia izin pamit meninggalkan ruangan.


“Udah bangun? Butuh apa?” Tanya Dion mendekati brankar Ares usai basa-basi dengan Bara.

Ares hanya menggelengkan kepalanya. Pinggang dan perutnya terasa begitu ngilu hingga membuatnya mager untuk sekadar menggeser posisi.

“LO TUH YA, DIBILANGIN KEMAREN KE RS AJA MALAH NGEYEL, HERAN BANGET GUE ITU PUNYA TEMEN KAYAK LO” Omel Hagan memenuhi ruangan Ares.

“Emang bener, Bocah satu ini goblok banget kalau masalah jaga diri. Kemarin-kemarin dikasih tau buat check ke dokter aja gak mau, nah gini kan akhirnya tumbang ckckck” Lukes ikut mengomel, membuat Antala dan Dion menggelengkan kepala.

“Mau minum gak? Gue bantuin.” Antala menawarkan, namun hanya dibalas gelengan disertai senyum oleh Ares.

“Tadi ada Bang Alta nungguin lo, tapi dia nyusul ke ruangan langit bareng keluarga lo karena si Langit sempat sesak napas berulang, perkiraannya sih indikasi jantungnya yang dulu pernah di operasi mulai bermasalah lagi.”

Dion berusaha membuat pengertian kepada Ares tatkala ia menangkap mata Ares sendu menatap pintu ruangan.

Ares tersenyum, berusaha untuk tidak menangis karena ketidakhadiran keluarganya di sini barang seorang pun.

“Gue tau kok, Bang. Gue juga coba ngerti. Cuman masih susah aja buat nerima keadaan kayak gini. Tapi yaudah sih, mau gimana lagi, kan? Hehe.”

Ares tertawa sumbang. Sebenarnya dapat terlihat dengan jelas bahwa dibalik kekehannya itu ada bagian yang terluka dari hatinya.

“Jangan capek temenin gue ya, Bang? Kalau kalian capek, tahan aja bentar. Soalnya gue gatau, dimana lagi bahu yang mau meluk gue selain kalian”


-Sea