[Hati yang Penuh Kerinduan]
Biru mengaduk makanan di depannya tanpa minat. Sudah dua jam ia menunggu Jeff pulang di depan pintu rumah, namun Jeff sampai sekarang belum pulang hingga membuat wajah anak itu tampak murung.
Sebenarnya, tadi Biru bersikeras masih ingin menunggu Jeff dulu. Namun karena Satrio tidak tega melihat cucunya itu termenung di depan pintu, ia menggendong cucunya itu masuk sambil bermain bersamanya.
“Biru kok cuman dilihatin? Ndak enak, le?” Itu suara Asmara, nenek Biru.
“Enak kok, yang. Masakan Bunda selalu enak. Kita kan juga ndak boleh bilang nggak enak. Namanya tidak menghalgai yang memasak.” Anak itu sedikit tersenyum menjawab pertanyaan Eyang putri nya (yangti).
“Terus kenapa nggak dimakan, sayang?” Lily bertanya.
“Bilu makannya nanti aja nunggu yayah. Kasian nanti yayah makan ndak ada temennya” Anak itu memberi alasan, membuat keempat orang dewasa yang ada di sana terdiam.
“Nanti ayah Jeff biar mami Krystal aja yang nemenin makan. Yang penting sekarang Biru makan dulu. Biru nggak mau nanti Ayah Jeff marah karena biru bandel kan?” Krystal bertanya dan dibalas anggukan lugu dari Biru.
“Tapi janji ya nanti bilangin ke ayah kalau Bilu ndak bandel. Promise?” Biru menjulurkan kelingkingnya ke arah Krystal.
“Pinky promise” Jawab Krystal tertawa sembari mengacak rambut putra adiknya itu dengan gemas.
“Biru makan yang banyak, nanti keburu dihabiskan semua lho sama Ekal” Satrio menimpali percakapan.
“Bilu ayo lomba. Nanti yang habis terakhir kalah ya!” Haekal berteriak membuat suasana mellow tampak mencair.
“Oke, siapa takut wleee” Biru membalas dengan ejekan, membuat semua orang tertawa renyah.
Detik demi detik berlalu. Ruang makan itu hanya berisi celotehan khas anak-anak dari Biru dan Haekal. Semuanya nampak normal, meskipun di sana ada hati yang mendamba satu sosok untuk pulang.
“Yeyyy! Bilu habiss” Biru berteriak kegirangan.
“Kan Bilu mamnya cuman satu piling. Ekal kan dua” Haekal nampak masih menikmati makanannya, namun ia juga tak mau kalah.
“Tapi kan tadi –”
“Biru!”
Belum usai perkataan Biru, suara Lily lebih dulu menggema di ruangan tersebut. Satu tangannya kini dengan sigap meraih tissue lalu menaruhnya di depan hidung sang anak.
“No. Jangan diangkat kepalanya. Kepalanya tegak kedepan kayak biasa” Lily memberikan instruksi kepada Biru yang kini nampak tak nyaman karena tiba-tiba beberapa tetes genangan merah meluncur dari hidung mancungnya.
“Nda.. ada ..da..lahnya”
Biru menatap Lily dengan mata yang berkaca-kaca. Ia sendiri masih kaget kenapa tiba-tiba hidungnya mengeluarkan darah.
“Its okay. Gak papa sayang” Lily memeluk putranya, lalu mengelus punggung kecil itu.
“Sakit apa enggak, le? Kamu pusing?” Eyang uti bertanya. Semua wajah disana tampak khawatir.
“Endak. Bilu cuman capek.” Biru menjawab sambil bersandar pada Lily.
“Biru sering mimisan, Ly?”
“Biasanya enggak kak. Cuman akhir-akhir ini kalau kecapean dia suka mimisan. Kemarin kata dokter itu cuman efek kecapean aja.”
“Nda..”
“Apa sayang?”
“Yayah kok lama? Bilu udah ngantuk.” Biru bertanya pelan. Ia nampak murung lagi. Entahlah, akhir-akhir ini bocah itu terlihat sedikit sensitif.
“Biru digendong yang kung, yuk? Bobo sama eyang sini” Satrio merentangkan tangannya berharap dengan gendongannya bisa menurunkan sedikit rasa rindu terhadap ayah yang ada di hati cucu kecilnya itu.
“Nanti eyang capek. Kasian. Bilu bisa kok bobo sendili” Luar biasa. Anak itu masih saja memikirkan orang lain disaat seperti ini.
“Its okay. Eyang kuat seperti yayah Jeff. Sini sayang” Satrio langsung mengambil Biru dari dekapan Lily dan membawa Biru menjauh dari ruang makan.
“Ekal cuci tangan dulu yuk sama mami” Krystal juga mengajak Haekal pergi, memberikan ruang untuk ibunya dan Lily berbicara.
“Jeff.. masih sama?” Asma bertanya pelan. Jujur saja, ia malu menghadapi kondisi Lily seperti ini. Benar-benar ia merasa bahwa ia telah gagal mendidik putranya menjadi lelaki yang bertanggung jawab.
Lily hanya tersenyum kecil, kemudian mengangguk.
“Maaf ya. Maaf Mama sama Papa telah gagal mendidik Jeff. Maafkan kami atas semua hal yang terjadi”
“Nggak papa, Ma. Yang penting sekarang Mama sama Papa bantu doa ya. Semoga mas Jeff segera terketuk hatinya buat pulang ke Lily. Kasian Biru, dia rindu ayahnya”
Sea