Found You

“Anzel dimana, Bi?” Rosa bertanya kepada mbok Inah saat tak melihat eksistensi putra semata wayangnya itu dimana-mana. Biasanya, di jam seperti ini anak itu tengah belajar di kamarnya atau menyantap hidangan kecil di meja makan sembari membawa buku.

“Loh? Saya kira sama ibu atau bapak. Soalnya aden belum pulang Bu dari tadi pagi. Pak Supri juga belum pulang dari sekolah Aden.” Bi Inah menjawa Rosie sekadar yang ia tahu.

Tin!Tin!

Suara klakson mobil dan gesekan gerbang menyapa indera pendengaran Rosa Dengan cepat Ia melangkahkan kakinya ke pintu depan.

“Bagus, ya! Sekolah dari pagi tapi baru pulang? Bunda dapat kabar kamu bo-“ Teriakan Rosa terhenti kala matanya malah menangkap presensi sang suami, Pradipa.

“Dimana Anzel?” Tanya Rosa tegas sedangkan Pradip hanya melengos.

“Maaf Bu, tadi saya diminta jemput Bapak. Kata Bapak, Dek Anzel pulang bersama ibu.” Pak Supri nampak sedikit takut menjelaskan.

Deg

Jantung Rosa rasanya berdetak tiga kali lebih cepat. Dengan langkah tergesa ia masuk ke rumah. Mengambil HP nya, berulang kali menekan nomor Anzel.

“Kenapa kamu ini? Bisa tenang dikit gak? Saya capek, apalagi melihat kamu uring-uringan tidak jelas seperti ini.” Pradip berkata ketus.

“Brengsek kamu, Pradip! Gimana bisa kamu tinggalin anak kamu gitu aja?!” Rosa berteriak marah.

“Ck, lebay sekali. Dia sudah besar, Rosaeline!” Pradip ikut marah, merasa istirahatnya terganggu.

“Arghhhh!!!” Bukannya menjawab Pradip, Rosaeline segera mengambil kunci mobil yang ada di meja.

Melihat perangai aneh dari Rosaeline, Pradip mencoba mengejar wanita itu, menarik tangan lentik Rosa.

“Lepas! Lepasin aku! Aku harus cari Anzel. Minggir!” Rosaeline berteriak marah pada Pradip yang menghalangi jalannya.

“Oke fine, sini kuncinya. Biar saya yang menyetir.”

“Tiba-tiba peduli?”

“Hanya penebusan rasa bersalah. Lagipun saya tidak akan membiarkanmu dengan napas kacau seperti itu untuk menyetir. Kalau kamu mati di jalan, akan sangat merepotkan saya.” Pradip berkata dengan enteng sembari memasuki mobil audi hitam milik Rosa, tanpa menyadari bahwa hari ini ada hati kedua yang telah ia patahkan.

——-

Jalanan nampak tampak sibuk. Rosaeline menatap sekeliling jalan, mencari keberadaan putranya yang tadi sudah tidak ada di area sekolah.

Ckitt.

Pradip mengerem secara mendadak tatkala matanya menangkap sosok yang amat familiar disana.

“Anzel…” Rosie berkata hendak keluar mobil, tetapi tangannya dicekal oleh Pradip.

“Sadar, Rosie! Kamu publik figur! Semua mengenalimu. Kau tau kan apa konsekuensinya?”

“Aku gak peduli. Anakku kesakitan, Pradip!” Rosie berteriak sembari berderai airmata.

Tanpa aba-aba, Pradip membuka pintu mobil. Langsung berjalan ke arah Anzel yang kini tengah menunduk.

“An—“

“Sakit! Sakit!” Belum sempat Pradip memanggil, bocah itu bergumam sembari memukul keras kepalanya.

Ah sial, ada apa dengan orang-orang yang ada disini. Apakah ini tontonan yang menyenangkan hingga mereka mengangkat ponsel mereka?

“ENGGAK! JAZEL JANGAN MENYEBRANG!!”

Suara teriakan yang amat Pradip kenal membuatnya bergeming. Tidak, Pradip kehilangan sepersekian detiknya untuk mencegah anak itu. Dengan kekuatan yang ntah dari mana, Pradip segera berlari, mengikuti langkah sang putra.

“ANZEL!”

BRAK!!!

Kedua tubuh itu mendarat di tepian jalan. Pradip berhasil menangkap dan membawa putranya dari tabrakan itu meskipun sedikit luka mereka dapatkan karena membentur paving jalan.

“Jazel… jangan pergi… “ Pradip lihat putranya itu meneteskan air mata, ia masih nampak tak sadar dengan apa yang baru saja terjadi.

“Jazel…Katanya kita beri kejutan Ayah… Ayah kan akan sayang ke kita….jangan..”

Anak itu bergumam pelan, kemudian menutup matanya. Meninggalkan Pradip dengan berjuta gelayar aneh di dadanya.

———— Sea