[Diary Jean]

Dear Mama dan Papa, Orang yang kuanggap sebagai tempat pulang.

Papa, rumah itu apasih? Jean ngga ngerti. Rumah itu bangunan yang isinya kebahagiaan bukan? Tapi kenapa ya, Jean belum dapet kebahagiaan itu di hidup Jean? Berarti Jean tidak punya rumah, ya?

Mama, nyaman itu apasih? Orang bilang rumah bisa memberikan kenyamanan dan kedamaian di hati penghuninya. Tapi Jean belum dapetin kenyamanan itu. Berarti Jean belum punya rumah, ya?

Bangunan yang Jean tempati dengan Mas Darrel ini hanyalah batu bata yang dibangun dengan megah sebagai luaran, tapi di dalamnya kosong. Seperti tak ada kehidupan.

Di rumah sebesar ini, Jean hanya tinggal berdua dengan Mas Darrel, itupun kalau dia tidak sibuk bekerja. Tidak ada tawa disini. Tidak ada kebahagiaan, pun tidak ada kehangatan di rumah ini.

Kalian pergi, meninggalkan Jean dengan berjuta pertanyaan, “mengapa hanya abang dan kakak yang kalian bawa? Mengapa Jean sendirian yang disini? Mengapa Jean tidak bisa bersinggah pada rumah baru kalian? Mengapa kalian meninggalkan Jean pada kesendirian di dalam bangunan yang disebut rumah ini?”

Masing-masing dari kalian telah membangun rumah baru, hanya Jean saja yang belum. Papa dengan Bang Jevan, Rayyan dan Bunda. Mama dengan kak Marshell dan papi. Mas Darrel juga membangun rumahnya sendiri tanpa Jean bisa masuki. Lalu, bolehkah Jean juga membangun rumah Jean sendiri? Tapi dengan siapa? Jean tidak punya siapa-siapa disisi Jean kecuali Tuhan. Haruskah Jean membangun rumah itu bersama-Nya?

—————- Sea