-Apa yang terjadi

“Kak, Jeno kenapa?” Terdengar suara Anne memecah heningnya koridor. Jujur saja, sejak perjalan tadi Anne sudah memikirkan banyak hal yang tidak-tidak. Apalagi penampakan Krystal dengan muka penuh tangis menambah kekhawatiran bagi Anne.

“Kak Krystal kenapa nangis? Anakku.. anakku gak apa-apa kan, Kak? Jenoku baik baik aja, Kan?” Anne menggoyangkan bahu krystal.

“KAK JAWAB!” suara Anne meninggi. Air matanya tak lagi bisa ia bendung.

Tak mendapat jawaban, Anne menolehlan wajahnya ke arah ruangan Jeno. Di balik kaca itu, bisa ia lihat banyak tenaga medis yang kini memberikan berbagai macam tindakan di tubuh kurus Jeno.

Tubuh Anne rasanya sangat lemas, bahkan ia hampir saja ambruk jika Jeff tidak menopang tubuh rapuh miliknya.

“Mas Jeff.. Anak aku.. Jeno.. tolongin anak aku.. bayar berapapun tapi tolongin anak aku... Mas Jeff.. Jenoku...” Anne menangis sembari meracau pada Jeffrey.

Jeffrey tidak memberi jawaban apapun. Ia hanya mengelus pelan bahu Anne sebagai jawaban. Jujur saja, jika boleh menangis, rasanya Jeff juga ingin menangis kali ini.

Lama sudah mereka rapalkan doa di penghujung malam. Akhirnya beberapa dokter mulai keluar dari ruangan Jeno.

Jeff berdiri ketika dokter Tama dan Damat menghampirinya.

“Putra saya bagaimana?” Jeff bertanya dengan nada kehampaan yang kentara.

“Putra anda tadi sempat mendapatkan serangan. Dari hasil tes, ditemukan obat penghenti jantung yang masuk dalam kadar lebih dari 30 mg, membuat jantung Jeno yang awalnya lemah menjadi berhentu untuk beberapa saat. Kami sempat kehilangan putra anda sekitar dua puluh detik, namun syukurlah putra anda sangat kuat, ia berhasil kembali kepada kami. Namun dengan sangat menyesal, kami juga akan haturkan diagnosa kami. Setelah kami lakukan MRI, hasilnya menunjukkan bahwa putra anda mengidap Rheumatic Hearth Disease atau yang awam disebut rematik jantung. Diagnosis ini saya keluarkan setelah saya mencocokkan data yang saya miliki dengan data dokter pribadi Jeno. Ditemukan beberapa gejala seperti demam beberapa hari, sesak, hingga muncul ruam-ruam pada kulit, sehingga diagnosis saya tegakkan.”

Semua yang ada di sana terkejut mendengar penuturan Tama.

“Tapi bisa disembuhkan kan, Dok? Saya akan bayar berapapun asal anak saya bisa bertahan di sini sama saya” Itu Anne. Ia bertanya namun penuh syarat permohonan.

“Pengobatan untuk jantungnya bisa kita lakukan setelah keadaan Jeno membaik. Untuk sementara, kita hanya bisa kuatkan keadaan dengan berdoa. Lalu, ada kabar baik yang ingin saya sampaikan. Keajaiban Tuhan, setelah serangan tadi tingkat kesadaran Jeno semakin lebih tinggi. Jika prediksi saya tidak salah, mungkin esok atau lusa putra anda akan siuman. Sekian dari saya, saya izin pamit. Terima kasih”

Anne dan Jeffrey sedikit membungkukkan badan membalas ucapan terima kasih kepada Tama. Wajah Anne yang tadinya begitu gelap, kini nampak seperti ada cahaya.

“Permisi. Untuk pasien sudah bisa ditunggu di dalam ruangan, namun hanya untuk satu orang” Seorang perawat menghampiri keluarga Jeno.

Anne langsung mengikuti perawat itu, meninggalkan keempat orang di sana, termasuk Damar yang tadi tidak mengikuti Tama.

Setelah Anne menghilang tertelan pintu ruang rawat, Krystal membuka obrolan berat pagi itu.

“Hari ini Katrina lagi, kan?” Ucap Krystal nampak penuh dendam.

“Sayang, jangan emosi dulu. Biarin Jeffrey nafas dulu bentar sama semua kejadian tadi.” Kean mengelus bahu Krystal mencoba menenangkan.

“Gimana gak emosi? Syukur Jeno hari ini bisa selamat, kalau enggak? Kita gak tahu, berapa keberuntungan yang dimiliki seseorang”


-Sea